Siswa SDN Nayu Barat 1 Surakarta merayakan kelulusan dengan tradisi ‘brobosan’ di halaman sekolah setempat, Senin (02/06/2025). Tradisi ‘brobosan’ juga sebagai tanda perpisahan antara guru dan murid. (Foto: RRI/Dania)

KBRN, Surakarta: Kata ‘brobosan’ dalam bahasa Jawa berasal dari kata dasar “brobos” yang artinya “terobos” atau berjalan dibawah suatu naungan atau rintangan. Kendaraan (mobil/ kereta api) yang melewati sebuah terowongan dalam bahasa Jawa juga bisa disebut ‘brobos terowongan’.

Dalam masyarakat Jawa, ada tradisi ‘brobosan’ yaitu bagian ritual upacara kematian. Dalam upacara ‘brobosan’ itu anggota keluarga berjalan satu persatu melewati bawah ‘terowongan’ keranda/ peti jenazah.

Keranda diangkat tinggi ke atas paling tidak oleh empat orang lalu keluarga menerobos (brobos) dibawah keranda. Upacara “brobosan” ini adalah tanda penghormatan terakhir dan perpisahan antara jenazah dan keluarga.

Mungkin terinsipirasi dengan acara ‘brobosan’ itu sebagai upacara penghormatan terakhir atau sebagai upacara perpisahan, sebuah sekolah dasar negeri melangsungkan upacara ‘brobosan’ di Solo.

Upacara ‘brobosan’ di SD Negeri Nayu Barat 1 Surakarta tidak untuk pengormatan terakhir jenazah guru atau murid, karena tidak ada yang meninggal dunia. Upacara ini untuk memberikan penghormatan terakhir kepada para guru dari para murid, juga dimaksukan sebagai perpisahan antara guru dan murid.

Karena tidak ada yang meninggal dunia, maka terowongan tidak terbuat dari keranda melainkan dari genggaaman tangan para guru yang bergandengan tangan membentuk terowongan.

Para guru berbaris berjajar dan berhadapan sedemkian rupa sehingga ada dua barisan guru yang berhadapan. Masing-masing anggota barisan kemudian mengangkat tangan berganengan dengan pasangan di depanya. Deretan tangan yang menganggam ke atas itu kemudian membentuk sebuah “terowongan’. Di terowongan itulah para murid SD yang telah lulus harus melewati dari ujung satu ke ujung yang lain.

Acara ini berlangsung dengan khidmat namun menyenangkan dan membuat guru dn murid dalam kegembiraan yang mengharukan.

Sebanyak 49 siswa kelas 6 SDN Nayu Barat 1 Surakarta dinyatakan lulus dan mengikuti prosesi kelulusan yang digelar di halaman sekolah, Senin (02/06/2025). Acara berlangsung dalam suasana haru dan bahagia, dihadiri para siswa, orang tua wali, serta guru dan staf sekolah.

Perayaan dilakukan secara sederhana dengan upacara penyerahan surat kelulusan, pelepasan atribut sekolah, serta prosesi brobosan, tradisi melewati terowongan yang dibuat oleh para guru dengan cara bergandeng tangan sebagai simbol siswa memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Kepala SDN Nayu Barat 1 Surakarta, Wahyu Ratnawati, menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh siswa yang telah menuntaskan pendidikan dasar. Pihaknya mengingatkan bahwa kelulusan ini bukan akhir, melainkan awal perjalanan menuju jenjang pendidikan selanjutnya.

“Selamat kepada anak-anakku yang hebat. Ini bukan akhir dari pencapaian, tapi gerbang menuju SMP, MTs, atau kesuksesan kalian. Di jenjang berikutnya kalian harus lebih disiplin, rajin belajar, bangun pagi, dan meningkatkan ibadah,” ujarnya dalam sambutan.

Wahyu juga berpesan agar para lulusan tetap menjaga nama baik almamater SDN Nayu Barat 1 Surakarta di mana pun mereka melanjutkan sekolah.

Salah satu siswa, Aprilia Putri Insafiana, mengaku senang bisa lulus setelah enam tahun menempuh pendidikan dasar. Bahkan sudah melakukan persiapan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi dengan memilih ke SMPN 7 Surakarta..

“Bahagia dan senang sekali bisa lulus. Selama enam tahun belajar di SDN Nayu Barat 1 banyak pengalaman yang menyenangkan. Nanti rencananya melanjutkan di SMPN 7 Surakarta,” ucapnya.

Di tengah maraknya upacara mewah yang mahal di berbagai sekolah, ide SD Nayu Barat 1 Surakarta patut diacungi jempol lantaran menerapkan perpisahan dengana cara sederhanaa, murah, mudah dan memiliki kaitan erat dengan tradisi/ budaya lokal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *